LAPORAN
PENDAHULUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANAK
USIA 7 TAHUN (MASA SEKOLAH)
DENGAN
CEREBRAL PALSY
A.
KONSEP
DASAR
1.
Pertumbuhan
Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukura berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh).
a. Parameter
Umum
1) Tinggi
Badan
·
Rata-rata bertambah
tinggi 5 cm per tahun
·
Rata-rata tinggi anak
usia 6 tahun : 112,5 cm
·
Rata-rata tinggi anak
usia 12 tahun : 147,5 cm
Berat
Badan
·
Rata-rata berat badan
bertambah 2-3 kg pertahun
·
Rata-rata berat anak
usia 6 tahun : 21 kg
·
Rata-rata berat anak
usia 12 tahun : 40 kg
a) Masa
pra remaja (10-13 thn) : mengalami pertumbuhan yang cepat
b) System
imun tubuh bekerja lebih efisien, memungkinkan lokalisasi infeksi dan respons
antigen-antibodi yang lebih baik.
b. Nutrisi
1) Kebutuhan
nutrisi : 2400 kalori/hari
a) Menetapkan
kebutuhan terhadap diet seimbang yang sesuai dengan sumber kebutuhan
pertumbuhan
b) - Memilih dan mencoba-coba makanan yang baru
-
Di rumah anak harus
makan apa saja yang keluarga makan. Pola makanan anak dapat mencerminkan budaya
keluarga
-
Banyak anak usia ini
tidak menyukai sayuran
-
Anggota keluarga
mempunyai peranan penting dalam memepengaruhi pilihan anak terhadap makanan
c) Kelebihan
berat badan dan obesitas. Lebih dari 90% anak-anak yang obesitas mengalami
kelebihan berat badan akibat makan berlebihan dan kurangnya aktivitas
a. Pola
Tidur
1) Kebutuhan
tidur bervariasi : 8-9,5 jam tiap malam
2) Waktu
tidur anaka dapat lebih larut daripada periode usia pra sekolah
3) Membaca
sebelum tidur dapat memudahkan tidur dan membentuk pola tidur yang positif
4) Anak-anak
mungkin tidak menyadari rasa letih
b. Kesehatan
Gigi
1) Mulai
sekitar usia 6 tahun : gigi permanen tumbuh dan anak secara bertahp kehilangan
gigi desidua
2) Kunjungan
ke dokter gigi harus teratur
3) Anak
harus menyikat giginya setelah makan
4) Orang
tua harus melakukan floosing (kebersihan sela-sela gigi sampai anak usia 8-9
tahun)
5) Karies
dan penyakit lainnya mulai jelas pada kelompok ini
c. Eliminasi
1) Usia
6 tahun : 85% anak memiliki kendali penuh terhadap kandung kemih dan defekasi
2) Pengeluaran
defekasi : rata-rata 1-2x/hari
3) Pembuangan
urine 6-8x/hari. Volume urine : 500-1000 ml/hari
4) Masalah
: enuresis noktural (mengompol) dan enkopresis (kebocoran feses persisten)
2.
Perkembangan
Perkembangan
(development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ
berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
a.
Perkembangan Motorik
1)
Motorik Kasar
Biasanya anak bermain sepatu roda, berenang, kemampuan
berlari dan melompat meningkat secara progresif
2)
Motorik Halus
Anak mampu menulis tanpa merangkai huruf misalnya. Hanya
menulis salah satu huruf saja. Pada usia ini anak masih sukar terhadap
kecelakaan, terutama karena peningkatan kemampuan motorik orang tua harus terus
memberikan bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan mengancam keamanan.
b.
Perkembangan Psikososial (Erikson)
Proses perkembangan psikososial
tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada
tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada
penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas
perkembangannya.
Perkembangan psikososial :
Perkembangan psikososial :
1)
Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan
konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak
akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan
penting.
2)
Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik
sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap
dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu
– ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
3)
Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri
dan mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan
bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang
dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan selalu merasa bersalah dan
tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri. Logika anak sudah mulai tumbuh dan
anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin
luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya
diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
4)
Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan
dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir
bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya,
jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi
perannya
5)
Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang
dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
6)
Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar
keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa
lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya
generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap silam, ia memperoleh banyak
pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya
sendiri.
7)
Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu.
Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan
perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
c.
Perkembangan Psikoseksual (Freud)
1)
Fase oral (0 – 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak
mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas
mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.
2)
Fase anal (2 – 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya
pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung
jawab
3)
Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu
menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada
ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.
4)
fase latent (4 – 5 tahun sampai masa
pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek
motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak
mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai
jenis kelaminnya dari orang dewasa
5)
Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai
menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
d.
Perkembangan Kognitif (Piaget)
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir logika,
memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan
prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
1)
Tahap sensori – motor ( 0 – 2 tahun)
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi
kegiatan mental yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan
anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
2)
Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)
§ Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun)
anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir
egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan
kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur
jadi semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk
dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran
sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya.
Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi
kemudia mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya
§ Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun)
Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat
pada bagian bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas
penampakan objek
3)
Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang
diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka
volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek
menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk
dst.
4)
Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis
tanpa menghadapi objek – objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi
lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
e.
Perkembangan Moral
1)
Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan
dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat
sikap yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah,
yaitu senyum, pujian atau benda.
2)
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan
atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis
3)
Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara
mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap
segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa
hormatnya terhadap orang lain.
f.
Perkembangan emosi (hurolck)
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai
emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi
heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat
tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang
diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi
dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan. menangkap bahwa lingkungannya akan
memenuhinya segera.
Kemampuan intelektual lain yang ia
capai pada usia 1 tahun adalah bahwa ia dapat mengantisipasi kegiatan rutin
dari lingkungannya. Misalnya bunyi-bunyi yang ia tangkap sewaktu menyiapkan
makanannya. Berarti dengan bunyi ini sebentar lagi ia akan diberi makan, ia
akan dengan sabar dan tidak menangis.
selain faktor keturunan, lingkungan
sangat mempengaruhi perkembangan intelegensia. Perkembangan intelektual tidak
dapat berkembang sebelum pola pikir terbentuk, stimuli sensoris dan motoris
diperlukan sebelum untuk memberikan “pengetahuan”. Pengetahuan ini didapat dari
pengalaman bergerak, meraba, suara, penglihatan dan rasa. Dari hal-hal ini
berkembang imajinasi. Imajinasi ini tidak akan terjadi apabila anak tidak
dikenalkan dengan semua hal baru, memperhatikan benda nyata. Lebih lanjut
Pulaski menjelaskan teorinya dengan membagi tahapan perkembangan intelektual
menjadi :
a.
Tahap I : Sensorimotorik (lahir – 2
tahun)
Pada tahap ini anak menggunakan
sistem penginderaan, sistem motorik dan benda-benda untuk mengenal
lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima rangsangan berupa pasif tetapi juga
memberi jawaban terhadap rangsangan . tersebut. Jawaban ini berupa
refleks-refleks. Refleks ini diperlukan unutk mempertahankan hidupnya. Misalnya
refleks untuk makan, bersin. Dengan refleks dalam bentuk gerak motorik
memungkinkan bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.
b.
Tahap II : Pre Operasional ( 2 – 7 tahun)
Perubahan fungsi kognitif pada tahap
ini adalah dari sensori motorik menjadi pre operasional. Pada pre operasional
anak mampu menggunakan simbol-simbol, yaitu menggunakan kata-kata, mengingat
masa lalu, sekarang dan yang akan terjadi segera. Tingkah laku anak berubah
menjadi egosentrik.
c.
Tahap III : Konkrit Operasional (7 -11 tahun)
Pada tahap ini anak telah dapat
berpikir secara logis dan terarah, mengelompokkan fakta-fakta serta anak telah
mampu berpikir dari sudut pandang orang lain. Ia dapat berpikir secara
abstarak, dan mengatasi persoalan secara nyata dan sistematis. Contoh : anak
dapat menghitung walaupun susunan benda diubah serta mengatahui jumlahnya tetap
sama.
d.
Tahap IV : Format Operation (11 – dewasa)
Masa dimana anak mengembangkan
kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak
bias mamikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi. Perkembangan lain
pada masa remaja ialah kemampuan untuk berpikir sistematis dan memecahkan suatu
persoalan.
intelektual juga dapat diukur dengan
kemampuan anak menggunakan kata-kata. Interaksi orang tua, anak dan dengan
lingkungannya akan menentukan perkembangan bahasa anaka. Dengan kata lain
apabila interaksi ini maksimal akan menyebabkan anak dapat bicara lebih cepat
sedangkan apabila interaksi kurang maka akan memakan waktu untuk mulai bicara.
Perkembangan Emosi dan Sosial Kepribadian seorang anak merupakan
integrasi perasaan dan sikap yang dicerminkan dalam tingkah laku. Seorang
dewasa dikatakan mempunyai kepribadian yang sehat apabila ia mampu untuk
memberi kasih sayang, mencapai sesuatu yang ia inginkan dan menjadi
interdependent pada fungsinya. Hal ini dicapai melalui proses dalam kehidupan. Sejak ia lahir, masing-masing
tingkat usia mempunyai tugas yang mesti ia selesaikan sebelum ia melangkah ke
tugas pada tingkat usia berikutnya.
B.
CEREBRAL
PALSY
A.
Konsep
Dasar
1.
Definisi
Cerebral
Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan
menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia, basal, cereblum dan kelainan mental.
2.
Etiologi
a. Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan
pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi
sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi
mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan “cerebral palsy”
b. Perinatal
1. Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan
dalam masa perinatal ialah brain injury. Kelainan inilah yang menyebabkan
anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase bayi abnormal, disproporsi
sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus
menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio caesar.
2. Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga
sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan CSS,
sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat menekan
korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis.
3. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan
otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim,
faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
4. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan
jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
5. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau
tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa “cerebral
palsy”
c. Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak
yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan „cerebral palsy‟. Misalnya pada
trauma kapitis, meningitis ensefalitis dan luka parut.
3.
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis dari Serebral
palsy bermacam-macam, tergantung pada lokasi yang terkena apakah kelainan terjadi
secara luas terjadi di korteks dan batang otak, atau hanya terbatas pada daerah
tertentu. Kelainan kromosom atau pengaruh zat-zat teratogen yang terjadi pada 8
minggu pertama kehamilan, dapat berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga
dapat mengakibatkan kelainan yang berat. Pengaruh zat-zat teratogen setelah
trimester I akan mempengaruhi maturasi otak. Kejadian hipoksik-iskemik dapat
mengakibatkan kelainan mikroanatomi sekunder akibat dari gangguan migrasi
“neural crest”. Komplikasi perinatal tipe hipoksik atau iskemik, dapat
mengakibatkan iskemik atau infark otak. Bayi premature sangat rentan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit ini. Penyebab postnatal seperti infeksi,
meningoensefalitis, trauma kepala, racun-racun yang berasal dari lingkungan
seperti CO atau logam berat dapat juga mengakibatkan terjadinya serebral palsy.
4.
Patofisiologi
Adanya malforasi hambatan pada
vaskuler
↓
Atrofi
↓
Hilangnya neuron dan degenerasi
laminar akan menimbulkan narrowergryiri
↓
Berat otak rendah
Cacat nonprogresif atau Diakibatkan
oleh suatu
Luka-luka
pada anak-anak dasar
kelainan
↓ ↓
Kekacauan pergerakan dan Struktural
otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal atau luka-luka/kerugian setelah
kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi
↓
Cerebral Palsy
5.
Klasifikasi
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional, serebral palsy
dibagi menjadi :
1)
Golongan Ringan
Penderita masih dapat melakukan pekerjaan/aktivitas
sehari-hari, sehingga sama sekali atau hanya sedkit membutuhkan bantuan.
2)
Golongan Sedang
Aktivitas yang sangat terbatas sekali. Penderita membutuhkan
bermacam-macam bantuan/pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri,
bergerak atau berbicara sehingga dapat bergaul ditengah masyarakat dengan baik.
3)
Golongan Berat
Penderita sama sekali tidak melakukan aktivitas fisik dan
tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pendidikan/latihan
khusus sangat sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung pada
tempat perawatan yang khusus. Lebih-lebih apabila disertai dengan retardasi
mental atau yang diperkirakan akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik
bagi keluaarga maupun lingkungannnya.
6.
Pemeriksaan Khusus
a) Pemeriksaan mata dan pendengaran
segera dilakukan setelah diagnosis “cerebral palsy‟ ditegakkan
b) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada „cerebral
palsy‟, CSS normal.
c) Pemeriksaan EGG dilakukan pada
penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang
maupun yang tidak.
d) Foto rontgen kepala
e) Penilaian psikologis perlu kerjakan
untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
f) Pemeriksaan metabolik untuk
menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental.
7.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak
normal lainnya, tetapi mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut
seoptimal mungkin. Sehingga diharapkan
anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan atau dengan sedikit
bantuan.
Dalam menangani anak dengan serebral palsy, harus
memperhatikan berbagai aspek dan diperlukan kerjasama multidisiplin seperti
disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah saraf, psikologi,
rehabilitasi medis, ahli wicara, pekerja social, guru sekolah luar biasa.
Secara garis besar penatalaksanaan anak dengan serebral
palsy adalah sebagai berikut :
1) Aspek Medis
a.
Aspek medis umum :
·
Gizi : Gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi
penderita serbral palsy. Karena, sering terjadi kalainan pada gigi, kesulitan
menelan, sukar untuk menyatakan keinginan untuk makan. Pencatatan rutin
perkembangan berat badan anak perlu dilaksanakan.
·
Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti
imunisasi, perawatan kesehatan, dan lain-lain. Konstipasi sering terjadi,
Dekubitus sering terjadi pada anak-anak yang tidak sering berpindah-pindah
posisi.
b.
Terapi dengan obat-obatan
Dapat diberikan obat-obatan sesuai
dengan kebutuhan anak, seperti obat-obatan untuk relaksasi otot, anti kejang,
untuk athetosis, ataksia, psikotropik, dan lain-lain.
c.
Terapi malalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan
tindakan ortopedi, misalnya tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas
otot, rasa sakit yang terlalu mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi
tidak berhasil. Tujuan dari tindakan bedah adalah untuk stabilitas, melemahkan
otot yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi.
d.
Fisioterapi
·
Teknik tradisional
Latihan luas gerak sendi, “stretching”, latihan penguatan dan
peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah,
latihan jalan.
·
“Motor function training” dengan menggunakan system khusus,
yang umumnya dikelompokkan sebagai “neuromuscular
facilitation exercises”. Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologi dan
neuropatologi dari reflex didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan
gerak yang dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip
bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang
dikehendaki, yang kemudian bila ini dilakukanberulang-ulang akan terintegrasi
ke dalam pola gerak motorik yang bersagkutan.
e.
Terapi okupasi
Terutama untuk latihan melakukan
aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan alat-alat bantu, latihan
keterampilan tangan dan aktivitas “bimanual”. Latihan “bimanual” ini dimaksudkan agar menghasilkan pola domain
pada salah satu sisi hemisfer otak.
f.
Ortotik
Dengan menggunakan “brace” dan bidai (splint), tongkat ketiak, tripod, walker, kursi roda, dan lain-lain.
Masih ada pro dan kontra untuk program “bracing”
ini. Secara umum program “bracing” ini
bertujuan :
·
Untuk stabilitas, terutama “bracing” untuk tungaki dan tubuh
·
Mencegah kontraktur
·
Mencegah kembalinya deformitas setelah operasi
·
Agar tangan lebih berfungsi
g.
Terapi wicara
Angka kejadian gangguan bicara pada
penderita ini diperkirakan berkisar antara 30% - 70%. Gangguan bicara disini
dapat berupa disfonia, distrimia, disartia, disfasia, dan bentuk campuran.
Terapi wicara dilakukan oleh ahli terapi wicara.
2) Aspek Non Medis
a.
Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik,
juga sering disertai kecacatan mental, maka pada umumnya pendidikannya
memerlukan pendidikan khusus (Sekolah Luar Biasa)
b.
Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu usaha
rehabilitasi adalah agar penderita dapat bekerja secara produktif, sehingga dapat
berpenghasilan untuk membiayai hidupnya. Mengingat kecacatannya, seringkali
tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak
menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap diperlukan, agar dapat
menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan
c.
Problem social
Bila terdapat masalah sosial,
diperlukan pekerja sosial untuk membantu menyelesaikannya.
d.
Lain-lain
Hal-hal lain seperti rekreasi,
olahraga, kesenian dan aktivitas-aktivitas kemasyarakatan perlu juga
dilaksanakan oleh penderita ini
8.
Komplikasi
1) Kontraktur yaitu sendi tidak dapat
digerakkan atau ditekuk karena otot memendek.
2) Skoliosis yaitu tulang belakang
melengkung ke samping disebabkan karena kelumpuhan hemiplegia.
3) Dekubitus yaitu adanya suatu luka
yang menjadi borok akibat mengalami kelumpuhan menyeluruh, sehingga ia harus
selalu berbaring di tempat tidur.
4) Deformitas (perubahan bentuk) akibat
adanya kontraktur.
5) Gangguan mental. Anak CP tidak semua
tergangu kecerdasannya, mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf
rata-rata, bahkan ada yang berada di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat
terjadi apabila yang bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar
C.
Konsep Asuhan keperawatan
I. Pengkajian
a.
Pengumpulan data
1)
Kaji riwayat kehamilan ibu
2)
Kaji riwayat persalinan
3)
Identifikasi anak yang mempunyai resiko
4)
Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan,
perkembangan yang terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang,
postur tubuh yang abnormal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang
abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
5)
Monitor respon bermain anak
6)
Kaji fungsi intelektual
7)
Tidak koordinasi otot ketika melakukan pergerakan
(kehilangan keseimbangan)
8)
Otot kaku dan refleks yang berlebihan (spasticas)
9)
Kesulitan mengunyah, menelan dan menghisap serta
kesulitan berbicara.
10) Badan gemetar
11) Kesukaran
bergerak dengan tepat seperti menulus atau menekan tombol.
12) Anak-anak
dengan cerebral palsy mungkin mempunyai permasalahan tambahan, termasuk yang
berikut: kejang, masalah dengan penglihatan dan pendengaran serta dalam
bersuara, terdapat kesulitan belajar dan gangguan perilaku, keterlambatan
mental, masalah yang berhubungan dengan masalah pernafasan, permasalahan dalam
buang air besar dan buang air kecil, serta terdapat abnormalitas bentuk ulang
seperti scoliosis.
13) Riwayat
penyakit dahulu : kelahiran prematur, dan trauma lahir.
14) Riwayat
penyakit sekarang : Kelemahan otot, Retardasi Mental, Gangguan hebat-
Hipotonia, Melempar/ Hisap makan, gangguan bicara /suara, visual dan mendengar.
b.
Diagnosa yang Mungkin Muncul
1)
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kecacatan multifaset
2)
Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan
strabismus
3)
Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
4)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis.
5)
Penurunan kapasitas adaptasi intracranial berhubungan
dengan cedera otak.
6)
Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang
tidak terkontrol dan kejang.
7)
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
kesukaran dalam artikulasi.
8)
Gangguan persepsi sensori.
9)
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan
kelemahan otot-otot.
10) Ganggguan
konsep diri berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berbicara.
c.
Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan : Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kecacatan multifaset
-
Tujuan: Klien tidak
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
-
Kriteria Hasil :
Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan
sesuai dengan tahapan usia
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan (Asuh)
|
Mempertahankan
berat badan agar tetap stabil
|
2.
|
Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan
kepada anak (Asah)
|
Agar
perkembangan klien tetap optimal
|
3.
|
Memberikan kasih sayang (Asih)
|
Memenuhi
kebutuhan psikososial
|
2) Diagnosa keperawatan : Gangguan
sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus
-
Tujuan
:
1. Meningkatkan ketajaman penglihatan
dalam batas situasi individu
2. Mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhdap perubahan
3. Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan
-
Kriteria Hasil :
1. Peningkatan ketajaman penglihatan
dalam batas situasi individu
2. Klien memahami dengan gangguan
sensori yang dialami dan dapat beradaptasi
3. Bahaya disekitar klien
terminimalisir
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau kedua
mata terlibat
|
Kebutuhan
individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan lambat
dan progresif
|
2.
|
Orientasikan klien terhadap lingkungan, staff, dan orang
lain disekitarnya
|
Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi
pasca operasi
|
3.
|
Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan
pagar tempat tidur sampai benar-benar pulih
|
Mengurangi
resiko bingung/jatuh karena gangguan persepsi
|
4.
|
Letakkan barang yang dibutuhkan
|
Memungkinkan
klien melihat objek lebih mudah
|
3) Risiko aspirasi
berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
-
Tujuan :
1. Klien mudah
untuk bernafas
2. Pengeluaran
udara paksa tidak terjadi.
3. Penggunaan otot
tambahan tidak terjadi.
4. Tidak terjadi
dispnea.
5. Kapasitas vital
normal.
6. Respirasi rate
normal.
7. Anak tidak
mengalami aspirasi.
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji pola pernafasan
|
Untuk
mengetahui respirasi klien dalam batas normal
|
2.
|
Aturlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru
maksimum dengan semi fowler/ kepala agak tinggi kurang lebih 30 derajat
|
Posisi
yang nyaman dapat membuat klien tenang
|
3.
|
Berikan bantal atau sokongan agar jalan nafas
memungkinkan tetap terbuka
|
Dengan
memebrikan bantal dapat membantu jalan nafas efektif
|
4.
|
Berikan atau tingkatkan istirahat dan tidur sesuai
dengan kebutuhan klien atau dengan jadwal yang tepat.
|
Dengan
memberikan istirahat yang sesuai dengan kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi
|
5.
|
Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat
makan dan minum
|
Posisi
yang nyaman dapat membuat klien tenang
|
4) Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis
-
Tujuan :
1. Terpenuhinya Intake nutrisi
2. Terpenuhinya energy
3. Berat Badan naik
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Monitor status nutrisi klien
|
Memantau nutrisi klien agar lebih baik
|
2.
|
Monitor pemasukan nutrisi dan kalori.
|
Mengobservasi
nutrisi dan kalori klien
|
3.
|
Catat adanya anoreksia, muntah dan terapkan jika ada
hubungan dengan medikasi.
|
Dengan
mengobservasi adanya muntah dan anoreksia dapat mencatat keadaan klien
|
4.
|
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi
dan kalori agar BB naik.
|
Dengan
menentukan kebutuhan nutrisi dan kalori yang diperlukan klien, diharapkan BB
klien dapat naik
|
5) Diagnosa Keperawatan : Penurunan
kapasitas adaptasi intracranial berhubungan dengan cedera otak
-
Tujuan :
1. Menunjukkan kapasitas adaptif intracranial
2. Menunjukkan status neurologis
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Pengelolaan edema serebral
|
Memantau
apakah terjadi edema serebral
|
2.
|
Peningkatan perfusi serebral
|
Peningkatan
perfusi serebral dapat mempengaruhi kepada kondisi klien
|
3.
|
Memantau tekanan intracranial
|
Dengan
memantau tekanan intracranial dapat meminimalisir kondisi klien menjadi buruk
|
6) Diagnosa Keperawatan : Risiko injury
berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang
-
Tujuan : Anak selalu aman dan terbebas dari injury
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Hindari anak dari benda-benda yang membahayakan;
misalnya dapat terjatuh
|
Mengurangi
resiko injury yang dapat terjadi pada klien
|
2.
|
Perhatikan anak-anak saat beraktifitas
|
Perhatikan
aktivitas anak-anak yang dapat menimbulkan resiko injury
|
3.
|
Beri istirahat bila anak lelah.
|
Istirahat
dapat membantu anak menjadi lebih fresh
|
4.
|
Gunakan alat pengaman bila diperlukan
|
Alat
pengaman digunakan agar dapat mengurangi resiko injury
|
5.
|
Bila ada kejang; pasang alat pengaman dimulut agar
lidah tidak tergigit
|
Apabila
terjadi kejang, alat pengaman yang diletakkan dimulut agar lidah tidak
tergigit dan mengurangi resiko injury
|
6.
|
Pemberian obat anti kejang bila terjadi kejang.
|
Pemberian
obat anti kejang dapat membantu mengurangi anak kejang
|
7) Diagnosa Keperawatan : Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kesukaran dalam artikulasi
-
Tujuan :
Anak akan mengespresikan tentang
kebutuhan dan mengembangkan Berat Badan dalam batas normal
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kaji respon dalam berkomunikasi
|
Respon
dalam berkomunikasi menunjukkan keadaan klien dalam berinteraksi
|
2.
|
Ajarkan dan kaji makna non verbal
|
Bahasa
non verbal dapat membantu dalam berkomunikasi klien
|
3.
|
Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah.
|
Melatih
pergerakkan bibir, mulut dan lidah agar artikulasi klien jelas
|
4.
|
Sering berikan pujian positif kepada anak yang berusaha
untuk berkomunikasi
|
Pujian
yang positif dapat membantu klien untuk lebih termotivasi
|
5.
|
Gunakan kartu/gambar-gambar/papan tulis untuk
memfasilitasi komunikasi
|
Alat
bantu sepeti kartu/gambar-gambar/papan tulis agar komunikasi lebih terbantu
|
6.
|
Berikan perawatan dalam sikap yang rileks, tidak
terburu-buru, dan menghakimi
|
Dengan
memberikan sikap yang rileks dapat membantu klien menjadi lebih nyaman dan
tenang
|
8) Diagnosa Keperawatan : gangguan
persepsi sensori
-
Tujuan : Anak akan berinteraksi secara sesuai dengan orang
lain dan lingkungan
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis
anak
|
Dengan
memantau dan mendokumentasikan perubahan status neurologis dapat membantu
proses perawatan
|
2.
|
Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap gangguan
persepsi sensori, seperti deprivasi tidur, ketergantungan bahan-bahan kimia,
pengobatan, penanganan, ketidakseimbangan elektrolit dan sebagainya
|
Mengobservasi
factor yang berpengaruh terhadap gangguan yang dapat memperburuk kondisi
klien
|
3.
|
Pantau kemampuan untuk membedakan tajam/ tumpul, panas/
dingin
|
Memperkenalkan
benda-benda yang bersifat tajam/tumpu, panas/dingin
|
4.
|
Tingkatkan jumlah stimuli untuk mencapai input sensori
yang sesuai.
|
Stimulus
yang diberikan diberikan dapat membuat kondisi klien menjadi lebih baik
|
9) Diagnosa Keperawatan : Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot
-
Tujuan : Anak akan memiliki kemampuan pergerakan yang
maksimum dan tidak mengalami kontraktur
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Ajarkan cara berkomunikasi dengan kata-kata yang pendek
|
Dengan
mengajarkan anak menggunakan kata-kata pendek meningkatkan kemampuan anak
dalam berbicara
|
2.
|
Ajak untuk latihan yang berbeda-beda pada ekstremitas
|
Latihan
dapat meningkatkan kemampuan otot-otot
|
3.
|
. Kaji per
Gerakan sendi-sendi dan tonus otot
|
Melatih
gerakan sendi-sendi dan tonus otot
|
4.
|
Lakukan Terapi fisik Untuk menggerakkan anggota tubuh
|
Terapi
fisik dapat membantu kemampuan anak
|
6.
|
Berikan periode istirahat.
|
Dengan
memberikan periode istirahat dapat membuat kondisi klien menjadi lebih baik
|
10) Diagnosa Keperawatan : gangguan konsep diri berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk bicara
-
Tujuan : Anak tidak akan merasa rendah diri ketika
berkomunikasi
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Ajarkan cara berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata
yang pendek
|
Dengan
mengajarkan klien berkomunikasi menggunakan kata-kata yang pendek dapat
membantu klien dalam berbicara
|
2.
|
Ajarkan pendidikan kesehatan pada keluarga dan
orang-orang disekitar.
|
Pendidikan
kesehatan yang diberikan dapat membantu meningkatkan kondisi klien menjadi
lebih baik
|
3.
|
Kaji Kolaborasi dengan tenaga ahli fisioterapi
|
Dengan
fisioterapi dapat membantu klien dalam meningkatkan kemampuan berbicara
|
D.
Denver Development Stress Test (DDST)
DDST
adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes
ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20
menit), dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyta 89%
dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi
dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasikan
lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankerburg melakukan revisi dan
restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sektor bahassa
ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.
a.
Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan
perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor
perkembangan, yag meliputi :
1) Personal Social ( perilaku sosial )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language ( bahasa )
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah ddan berbicara spontan.
4) Gross Motor ( gerakan motorik kasar
)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Setiap
tugas ( kemampuan ) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal
yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes,
tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara
25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit
saja.
b. Alat yang digunakan
1) Alat peraga : benang wol merah,
kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning, hijau-biru, permainan anak, botol
kecil, bola tenis, bel kecil,kertas dan pensil.
2) Lembar formulir DDST.
3) Buku petunjuk sebagai refensi yang
menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
c. Prosedur DDST terdiri
dari 2 tahap, yaitu :
Tahap I : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
§ 3-6 bulan
§ 9-12 bulan
§ 18-24 bulan
§ 3 tahun
§ 4 tahun
§ 5 tahun
Tahap II : dilakukan pada mereka yang
dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap I. Kemudian dilanjutkan pad
eveluasi diagnostik yang lengkap.
d. Penilaian
Dari
buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian apakah
lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No.Opportunity = N.O). Kemudian digaris berdasarkan umur
kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir
DDST. Setelah dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang
F, elanjutnya berdassarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam : Normal,
Abnormal, Meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites ( Untestable ).
Abnormal
§ Bila didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
§ Bila dalam 1 sektor atau lebih
didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan apad 1 sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
Meragukan
§ Bila pada 1 sektor didapatkan 2
keterlambatan atau lebih.
§ Bila pada 1 sektor atau lebih
didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis verikal usia.
Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang
menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
Normal
Semua
yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.
Dalam
pelaksanaan skrining degan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih
dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1
tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.
§ Perhitungan umur adalah sebagai
berikut ;
Misalnya Budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992 dari kehamilan
yang cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1994, maka
perhitungannya sebagai berikut ;
1994
– 10 – 5 ( saat tes dilakukan )
1992
– 5 – 23 ( tangga lahir Budi )
Umur Budi 2 – 4 – 12 = 2 tahun 4
bukan 12 hari, karena 12 hari lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan
kebawah, sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan.
Kemudian
garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas
perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugasyang terletak di sebelah kiri garis
itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi(2 tahun 4
bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut.(F), maka
berarti suatu keterlambatan poda tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal
dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini
bukanlah suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin
terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak sebelah kanan garis
umur.
Pada
ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R
maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila
terdapat kode nomor maka tugas perkembangan doites sesuai petunujuk dibaliknya
formulir.
Agar lebih cepat dalamelaksanakan
skrining, maka dapat digunakan thp praskrining dengan menggunakan :
§ DDST Short Form, yang masing-masing
sektor hanya diambil 3 tugas 8 hingga seluruhnya ada 12 tugas ) yang ditanyakan
pada ibunya. Bila didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap
“suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST lengkap. Dari penelitian
Frankenburg didapatkan 25% anak pada pemeriksaan DDST Short Form ternyata
memerlukan pemeriksaan DDST lengkap.
§ PDQ ( Pra-Screening Development
Questionnaire )
Bentuk kuesioner ini digunakan orang tua yang berpendidikan
SLTA keatas. Dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik.
Dipilih 10 pertanyaan pada kuesioner yang sesuai dengan umur anak. Kemungkinan
dinilai berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan, dan pada kasus yang
dicurigai dilakukan tes DDST lengkap.
E.
Stimulasi
1. Motorik
halus
1) Letakan
kancing di depan anak, berikan contoh cara mengambil kancing dengan ibu jari
dan telunjuk, usahakan agar anak fokus, setelah itu suruh anak untuk
mempraktekanya, jika tidak mau, sentuhkan kancing ke tangan si anak agar anak
terangsang untuk mengambil kancing. Jika tetap tidak mau pegang tangan si anak
dan sentuhkan tangan si anak dan ambil kancing menggunakan tangan si anak
2. Sosialisasi
1) Pemeriksa
berdiri di hadapkan muka si anak lalu berikan senyuman kepada si anak, apabila
tidak membalas senyum panggil – pamggil namanya sambil terus terenyum, sambil
berkata ke pada si anak untuk tersenyum
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. 2001. Patofisiologi.
Jakarta : EGC
Doengoes,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian
ilmu kesahatan anak fakultas
kedokteran
universitas Indonesia
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.
Soetjiningsih. 1998 Tumbuh
Kembang Anak. EGC. Jakarta.
Yayasan Surya Kanti, 2003, Dteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita, Bandung
1 komentar:
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Posting Komentar