1.
PENGERTIAN
Asfiksia Neonatus adalah suatu
keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur
setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989).
Asfiksia neonatus adalah keadaan
bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2
dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998).
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998).
Asfiksia neonatus adalah keadaan
bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu
menit setelah lahir (Mansjoer, 2000).
Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ
vital lainnya. (Saiffudin, 2001).
2.
KLASIFIKASI
Tabel penilaian APGAR SCORE
Tanda
|
Skor APGAR
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Frekuensi Jantung
|
Tidak ada
|
< 100 x/menit
|
> 100 x/menit
|
Usaha bernafas
|
Tidak ada
|
Lambat tak teratur
|
Menangis kuat
|
Tanus otot
|
Lumpuh
|
Ekstremitas agak fleksi
|
Gerakan aktif
|
Refleks
|
Tidak ada
|
Gerakan sedikit
|
Gerakan kuat/melawan
|
Warna kulit
|
Biru/pucat
|
Tubuh kemerahan, eks biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
Klasifikasi klinis APGAR SCORE :
a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit, tonus otot buruk/lemas,
sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai
APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung
< 100 / menit, tonus otot kurang baik atau baik , sianosis (badan merah,
anggota badan biru), menangis. Respirasi lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit
asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan
fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi
dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.
3.
ETIOLOGI
Beberapa
kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia
bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi
asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa
faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
a.
Faktor ibu
·
Preeklampsia dan eklampsia
·
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
·
Partus lama atau partus macet
·
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
·
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b.
Faktor Tali Pusat
·
Lilitan tali pusat
·
Tali pusat pendek
·
Simpul tali pusat
·
Prolapsus tali pusat
c.
Faktor Bayi
·
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
·
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
·
Kelainan bawaan (kongenital)
·
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong
persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk
menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal
itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit
dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap
terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi
pada setiap pertolongan persalinan.
4.
TANDA
DAN GEJALA
·
Pernapasan terganggu
·
Detik jantung menurun
·
Refleks/ respons bayi melemah
·
Tonus otot menurun
·
Warna kulit biru atau pucat
·
Kejang
·
Penurunan kesadaran
5.
PATOFISIOLOGI
Pada
penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas serta
transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan
pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung
dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap,
sehingga menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada
tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung
terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen
tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan
menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi
kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut
jantung
6.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada asfiksia
neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada
penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal
yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
7.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
·
Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )
·
Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas,
tonus otot )
·
Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi
·
Pengkajian spesifik
8.
PENATALAKSANAAN
Sebelum bayi lahir dicatat data
penyakit ibu, obat yang didapat ibu, tanda-tanda gawat janin (bila ada) keadaan
air ketuban. Segera setelah lahir, bayi diletakkan diatas meja resusitasi yang
datar, kemudian keringkan dengan kain secara cepat (kurang dari 20 menit)
resusitasi bayi asfiksia tergantung dari hasil evaluasi : pernafasan, denyut
jantung dan warna kulit bayi.
Tindakan-tindakan yang digunakan
untuk mencegah asfiksia pada bayi :
a. Tindakan Umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap
bayi tanpa memandang nila APGAR. Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar
bayi mendapat pemanasan yang baik. Harus dicegah atau dikurangi kehilangan
panas dari tubuhnya. Penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan
untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih
rendah dan penghisapan saluran pernapasan bagian atas segera dilakukan. Hal ini
harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya
kerusakan-kerusakan mukosa jalan napas, spasmus laring, atau kolaps paru-paru.
Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernapas, rangsangan terhadapnya harus
segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul
kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau pada bayi-bayi tertentu
diberi suntikan vitamin K.
b. Tindakan Khusus
Tindakan
ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil prosedur yang
dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang
dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi
aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah memperbaiki
ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan
berulang-ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan intubasi endotrakeal dan
setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2 melalui kateter tadi.
Untuk mencapai tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan kekuatan
kurang lebih 1/3 – ½ dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.
Secara
ideal napas buatan harus dilakukan dengan terlebih dahulu memasang manometer.
Dapat digunakan pompa resusitasi. Pompa ini dihubungkan dengan kateter trakea,
kemudian udara dengan O2 dipompakan secara teratur dengan
memperhatikan gerakan-gerakan dinding toraks, bila bayi telah
memperlihatkan pernapasan spontan, kateter trakea segera dikeluarkan.
Keadaan
asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang membutuhkan perbaikan
segera; karena itu, bikarbonas natrikus 7,5% harus segera diberikan
dengan dosis 2 – 4 ml/kg berat badan. Obat-obatan ini harus diberikan secara
berhati-hati dan perlahan-lahan. Untuk menghindari efek samping obat, pemberian
harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam
satu semprit melalui pembuluh darah umbilikus.
Bila
setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung
menurun (kurang dari 100 permenit) maka pemberian obat-obatan lain serta massage
jantung sebaiknya segera dilakukan. Massage jantung dikerjakan dengan
melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali
permenit. Tindakan diikuti dengan satu kali pemberian napas buatan. Hal ini
bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi pneumotoraks
atau pneumomediastinum apabila tindakan dilakukan secara bersamaan. Disamping
massage jantung ini obat-obat yang dapat diberikan antara lain ialah larutan
1/10.000 adrenalin dengan dosis 0.5 – 1cc secara intravena / intrakardial
(untuk meningkatkan frekuensi jantung) dan kalsium glukonat 50 – 100 mg/kg
berat badan secara perlahan-lahan melalui intravena berupa plasma, darah atau
cairan pengganti lainnya (volume expander) harus segera diberikan.
Bila
tindakan-tindakan tersebut diatas tidak memberi hasil yang diharapkan, keadaan
bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan
keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara semestinya, adanya
gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau stenosis jalan
napas, dan lain-lain.
2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4
– 6)
Disini
dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks pernapasan. Hal ini
dapat dikerjakan selama 30 – 60 detik setelah penilaian menurut Apgar 1menit.
Bila dalam waktu tersebut pernapasan tidak timbul, pernapasan buatan harus
segera dimulai. Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara
pernapasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan dengan memasukkan pipa
ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1 – 2 liter dalam
satu menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dengan kepala dalam
dorsofleksi. Secara teratur dilakukan gerakan membuka dan menutup lubang hidung
dan mulut dengan disertai menggerakan dagu ke atas dan kebawah dalam frekuensi
20 kali semenit. Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan gerakan pernapasan,
usahakanlah supaya gerakan tersebut diikuti. Pernapasan ini dihentikan bila
setelah 1 – 2 menit tidak juga dicapai hasil yang diharapkan. Dan segera
dilakukan pernapasan buatan dengan tekanan positif secara tidak langsung.
Pernapasan ini dapat dilakukan dahulu dengan pernapasan dari mulut ke mulut.
Sebelum tindakan dilakukan, kedalam mulut bayi dimasukkan pharyngeal airway
yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, agar jalan napas berada dalam
keadaan sebebas-bebasnya. Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut penolong
diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum peniupan. Peniupan dilakukan
secara teratur dengan frekuensi 20 -30 kali semenit dan diperhatikan gerakan
pernapasan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah
dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan
tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai penderita
asfiksia berat.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASFIKSIA BERAT
1.
Pengkajian
·
Data subyektif, terdiri
dari: Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi nama, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat, Riwayat kesehatan,
Riwayat antenatal, Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat post natal,
Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika, Kebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan psikologis.
·
Data Obyektif, terdiri dari:
a. Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk
bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 ?C. Sedangkan suhu normal
tubuh antara 36,5 C – 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit.
b. Pemeriksaan fisik.
ü Kulit; warna kulit tubuh merah,
sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan
verniks.
ü Kepala; kemungkinan ditemukan caput
succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
ü Mata; warna conjunctiva anemis atau
tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
ü Hidung terdapat pernafasan cuping
hidung dan terdapat penumpukan lendir.
ü Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun
merah, ada lendir atau tidak.
ü Telinga; perhatikan kebersihannya
dan adanya kelainan Leher; perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus
pendek
ü Thorax; bentuk simetris, terdapat
tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi
jantung lebih dari 100 kali per menit.
ü Abdomen, bentuk silindris, hepar
bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien
tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
Umbilikus, tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda
infeksi pada tali pusat.
ü Genitalia; pada neonatus aterm
testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki
– laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan
ü Anus; perhatikan adanya darah dalam
tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
ü Ekstremitas; warna biru, gerakan
lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan
syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
ü Refleks; pada neonatus preterm post
asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi
keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
(Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
2.
Diagnosa
keperawatan yang mungin muncul
a. Gangguan
pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.
b. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
c. Resiko
terjadinya hipoglikemia
d. Resiko
terjadinya hipotermia
e. Resiko
terjadinya infeksi
f. Gangguan
hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah
3.
Rencana
asuhan keperawatan
a. Gangguan
pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat
·
Tujuan: Kebutuhan O2
bayi terpenuhi
·
Kriteria: Pernafasan
normal 40-60 kali permenit, Pernafasan teratur, Tidak cyanosis, Wajah dan
seluruh tubuh warna kemerahan, Gas darah normal.
·
Intervensi:
1. Letakkan
bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi
sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional : Memberi rasa
nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan
nafas.
2. Bersihkan
jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Rasional : Jalan nafas
harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang
sempurna.
3. Observasi
gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
Rasional : Deteksi dini
adanya kelainan.
4. Kolaborasi
dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.
Rasional : Menjamin
oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung dan otak. Dan
peningkatan pada kadar PCO2 menunjukkan hypoventilasi.
b. Resiko terjadinya hipotermi
sehubungan dengan adanya proses persalinan yang lama dengan ditandai akral
dingin suhu tubuh dibawah 36° C.
·
Tujuan: Tidak terjadi hipotermia.
·
Kriteria: Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C; Akral hangat; Warna
seluruh tubuh kemerahan
·
Intervensi:
1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar
panas (infant warmer).
Rasional : Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan
sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.
2. Singkirkan kain yang sudah
dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk /kain yang kering
dan hangat.
Rasional : Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional : Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan
tingkat hipotermia. 4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan. R/ Mencegah terjadinya
hipoglikemia.
c.
Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap
lemah.
·
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
·
Kriteria: Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik;
Berat badan tidak turun lebih dari 10%, Retensi tidak ada.
·
Intervensi:
1. Lakukan observasi BAB dan BAK
jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
Rasional : Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan
segera mendapat tindakan/ perawatan yang tepat.
2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional : Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan
mukosa mulut.
3. Monitor intake dan out put.
Rasional : Mengetahui keseimbangan
cairan tubuh (balance).
4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Rasional : Kebutuhan nutrisi
terpenuhi secara adekuat.
5. Lakukan control berat badan
setiap hari.
Rasional : Penambahan dan penurunan
berat badan dapat di monitor.
d.
Resiko terjadinya infeksi.
·
Tujuan: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
·
Kriteria: Tidak ada tanda-tanda infeksi; Tidak ada gangguan
fungsi tubuh.
·
Intervensi:
1. Lakukan teknik aseptik dan
antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan
Rasioanal : Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang
/ rendah
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk
ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional : Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke
bayi.
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan
triple dye 2 kali sehari.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat
pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan
lingkungan bayi.
Rasional : Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan
gejala kardinal.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
7. Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional : Mencegah terjadinya penularan infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis untuk
pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah infeksi dari pneumonia.
9. Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai
advis dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP. Rasional : Sebagai pemeriksaan
penunjang.
e.
Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat.
·
Tujuan: Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan.
·
Kriteria: Akral hangat; Tidak cyanosis; Tidak apnea; Suhu
normal (36,5°C -37,5°C); Distrostik normal (> 40 mg).
·
Intervensi:
1. Berikan nutrisi secara adekuat dan
catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
Rasional : Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan
untuk pemantauan intake dan out put.
2. Beri selimut dan bungkus bayi serta
perhatikan suhu lingkungan.
Rasional : Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses
pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada
suhu bayi.
3. Observasi gejala kardinal (suhu,
nadi, respirasi).
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
4. Kolaborasi dengan team medis untuk
pemeriksaan laborat yaitu distrostik.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih
lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.
f.
Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan
intensif.
·
Tujuan: Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
·
Kriteria: Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi, Bayi
segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.
·
Intervensi:
1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang
keadaan bayinya sekarang.
Rasional : Ibu mengerti keadaan
bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga.
2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan
perasaannya.
Rasional : Membantu memecah-kan
permasalahan yang dihadapi.
3. Orientasi ibu pada lingkungan rumah
sakit.
Rasional : Ketidaktahuan memperbesar
stressor.
4. Tunjukkan bayi pada saat ibu
berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).
Rasional : Menjalin kontak batin
antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.
5. Lakukan rawat gabung jika keadaan
ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan
Rasional : Rawat gabung merupakan
upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Berhman,
Kliegman & Arvin.( 1996 ). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Alih
Bahasa
: A. Samik Wahab. Jilid 1. Jakarta : EGC
Mansjoer,
A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius.
Manuaba,
I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC
http://ummukautsar.wordpress.com/2010/01/16/pengertian-dan-penanganan-asfiksia-pada-bayi-baru-lahir/
http://www.authorstream.com/Presentation/zhukma-195191-asfiksia-tugas-keperawatan-
anak-ii-asfiksi-education-ppt-powerpoint/
2 komentar:
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Posting Komentar