Rabu, 29 Januari 2014

Masalah Adalah Pelajaran

Di dunia ini siapa yang tidak mempunyai masalah, mungkin hanya anak kecil yang tidak mempunyai masalah. Banyak orang yang menganggap masalah adalah sesuatu yang menyeramkan dan menjadi momok yang menyakitkan.

Sebagai manusia memang setiap orang tidak ada yang ingin menpunyai masalah dalam hidupnya, namun apa bila kita melihat sisi lain dari suatu masalah, maka kita akan mendapatkan pelajaran baru dalam hidup ini

Masalah memberikan kita pengalaman yang belum tentu orang lain dapatkan, dengan adanya masalah kita bisa belajar dan mungkin akan membuat kita lebih dewasa dan kuat dalam menjalani hidup ini

Kebanyakan orang jika menghadapi masalah akan menghindarinya, jika kita mempunyai sikap seperti itu kita akan merasa terus di kejar dan di hantui dengan masalah itu. Jadi lebih baik masalah itu di hadapi walaupun terasa berat

Masalah adalah cara Tuhan agar kita belajar dan mengambil hikmah dibalik itu semua.
Di balik masalah ada buah yang manis menanti.

Selasa, 21 Januari 2014

Menjadi Perawat Adalah Jalan Hidup



Saat akan meulis tentang artikel ini saya teringat tentang perbincangan bersama teman – teman saat kuliah dulu, sambil bercanda saya dan teman – teman saling bertanya satu sama lain tentang alasan menjadi seorang perawat, berbagai macam alasan pun keluar dari teman – teman ada yang bilang karena keinginan orang tua dan ada juga yang bilang tidak sengaja masuk perawat, tetapi kebanyakan jawaban teman – teman adalah karena keinginan orang tua

Seperti halnya saya, saya tidak pernah terbayang akan menjadi seorang perawat, namun takdir menuntun saya menjadi seorang perawat. Jadi apa boleh buat saya jalani saja dulu semua

Saat kuliah memang terasa sangat berat, dengan tugas yang segudang, materi kuliah yang banyak wiiiih... kepala serasa mau meledak, padahal saya ngak rajin tapi tetep aja pusing.hehehe

Pengalaman pertama ke Rumah Sakit adalah ketika memasuki akhir Semester 2, saya sudah mulai menjalani praktikum pertama di rumah sakit, dan rasanya sangat aneh, apalagi seumur hidup saya belum pernah masuk ke rumah sakit.

Pertama praktikum di rumah sakit binggungnya setengah mati, dengan modal teori yang pas – pasan di kepala bikin ngik – nguk, praktikum 2 minggu dengan mengerjakan Askep yang di tulis tanggan makin menambah beban. Karena penglaman pertama mungkin, jadi terasa sangat berat.

4 tahun saya lalui masa kuliah, dengan semangat yang naik turun hingga gelar sarjana pun saya raih dengan IPK yang pas – pasan, itu pun dengan adanya mukzijat saya bisa lulus.hehe

Begitu lulus S1 Keperawatan saya langsung melanjutkan pendidikan Profesi Ners, praktikum dari satu Rumah Sakit ke Rumah sakit lain, dan perjuanganya lebih berat dari pada saat S1 dulu. praktek di shift, target tindakan yang banyak, tugas yang banyak, mulai dari membuat Laporan pendahuluan, membuat asuhan keperawatan, responsi dengan dosen pembimbing dan CI ruangan serta  tugas – tugas lainya.  

Awal – awal terasa banget capeknya namun Seiring waktu berjalan saya mulai menikmati menjadi seorang calon  perawat, dengan segala rasa pahit dan manisnya saya coba untuk menikmati itu semua. Karena di setiap harinya saya menemukan hal baru dan banyak pembelajaran yang saya dapatkan dalam memaknai hidup ini.

Dan kini setelah lulus dan menjadi perawat, saya bangga menjadi seorang perawat dengan segala rasa  di dalamnya, dan Saya mulai berfikir bahwa mungkin menjadi seorang perawat adalah sebuah jalan hidup yang telah di tentukan oleh tuhan, dan saya mulai mensyukurinya.


Minggu, 19 Januari 2014

Operasi Hartmann

A.    Definisi
Suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan melakukan reseksi kolon sigmoid atau rektum karena suatu kelainan atau tumor di sigmoid dan rektum. Tindakan berupa proksimal end colostomy untuk diversi  dan stump distal ditutup. Stoma dapat bersifat temporer atau menjadi suatu stoma yang permanen.

B.     Ruang Lingkup
Lesi/kelainan sepanjang kolon sigmoid sampai ke rektum.

C.    Indikasi operasi
1)       Peritonitis lokal dan general yang disebabkan oleh perforasi karena kanker pada kolon sigmoid dan rektum.
2)       Trauma pada kolon dan rektum proksimal yang tidak menjamin dilakukannya anastomosis primer karena secara teknik sulit, tumor dengan rekurensi yang tinggi, dan tanpa atau kurang bowel preparation.
3)       Obstruksi yang disebabkan oleh tumor atau karsinoma sigmoid dan rektum.
4)       Divertikulitis sigmoid

D.    Kontra indikasi dioperasi
Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi

E.     Diagnosis banding
1)         Karsinoma sigmoid
2)         Inflamatory bowel disease
3)         Divertikulitis sigmoid


F.     Pemeriksaan Penunjang
1)       Foto polos abdomen 3 posisi
2)       Kolon inloop
3)       Kolonoskopi

G.    Teknik Operasi
§  Penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita berbaring dalam posisi terlentang.
§  Desinfeksi lapangan operasi dengan antiseptik → dipersempit dengan linen/doek steril.
§  Insisi midline supra sampai infra umbilikal → diperdalam lapis demi lapis linea alba dibuka secara tajam, hingga mencapai peritoneum. Peritoneum dibuka secara tajam.
§  Identifikasi lesi/kelainan pada kolon dan rektum. Bila didapatkan keganasan dilakukan staging pada operasi.
§  Segmen kolon sigmoid atau rektum yang direncanakan untuk direseksi dipisahkan dari peritoneum dan mesosigmoid, demikian pula rektum dipisahkan dengan peritoneum dengan  meminimalisasi manipulasi pada angiolimfatik untuk mencegah spreading tumor.
§  Identifikasi dan preservasi ureter dan pleksus saraf otonom pada pelvis.
§  A. sigmoidalis dan a. hemoroidalis superior diikat dan dipotong untuk dapat memobilisasi sigmoid dan rektum.
§  Reseksi tumor/lesi dibagian proksimal dan distal menurut prinsip onkologi.
§  Stump bagian distal dari kolon sigmoid atau rektum dijahit sedangkan stump proksimalnya dibuat suatu end-kolostomi. Bila lesi berupa tumor, jaringan yang direseksi diharus diperiksakan secara patologi anatomi.
§  Perdarahan dirawat, luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan drain intraperitoneal pada kasus intra abdominal yang septik.
H.    Komplikasi operasi
1)         Perdarahan
2)         Infeksi
3)         Cedera ureter kiri, pleksus otonom pelvis.
4)         Komplikasi stoma, retraksi, striktur, iritasi kulit, hernia parastomal

I.       Mortalitas
Angka mortalitas perioperatif rendah sekitar 9%

J.      Perawatan Pasca Bedah
Pasca bedah penderita dirawat diruangan untuk observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan. Diet diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik. Drain  dilepas dengan memperhatikan produksi dan kualitas. Jahitan  luka diangkat pada hari ke-7. Mobilisasi penderita.

K.    Follow–Up
Operasi Hartmann merupakan operasi darurat, sehingga pada follow-up harus direncanakan untuk operasi definitif atau rekonstruksi:
·            Keadaan umum pasien
·            Kelancaran stoma, irigasi
·            Penanganan penyakit yang mendasari dilakukannya operasi Hartmann.
·            Bila syarat untuk melakukan reanostomosis telah terpenuhi, pasien disiapkan untuk operasi reanostomosis.

Rumus Pengenceran Larutan Klorin

Untuk jenis kosentrat cair, rumusnya:

X Bagian air = % Pengenceran : % Konsentrat – 1

Cara membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin cair 5%

X Bagian air = 5 % : 0,1 – 1
X = 49 Bagian air
 
Untuk membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin 5% adalah dengan melarutkan 1 bagian klorin dalam 49 bagian air DTT.